(LOLOAN)Tradisi Warisan Nenek Moyang
Salametan Di Pinggir Pantai (LOLOAN)
Tradisi Di Kangean Desa Angkatan Kec. Arjasa Kab. Sumenep
Di dalam kehidupan masyarakat Indonesia selalu akan di hadapkan dengan tradisi/adat-istiadat yang berbeda-beda dari mayarakat kota yang satu dengan kota lainnya, dari masyarakat daerah yang satu dengan daerah lainnya. Itulah kenapa masyarakat Indonesia di kenal sebagai masyarakat majemuk dikarenakan memiliki keanekaragaman tradisi/adat- istiadat yang berbeda-beda tapi tetap menjunjung tinggi budaya nasional. Dari sinilah kita dapat merefleksikan betapa hebatnya warisan nenek moyang bangsa ini yang telah menciptakan tradisi yang penuh dengan makna namun tetap sesuai dengan norma-norma agama islam.
Dari sekian tradisi warisan nenek moyang yang ada di negeri ini, ada sebuah tradisi unik yang ada di kepulauan kangean khususnya di desa saya yang masih berjalan dan berkembang sampai saat ini yaitu di Desa Angkatan, Kec. Arjasa Kab. Sumenep. Dalam pelaksanaan tradisi ini, masyarakat di sana tidak berangkat hanya dengan kelompok masyarakat tertentu saja apalagi per individu namun selalu berangkat bersama-sama seluruh masyarakat yang ada di desa tersebut. Hal demikian dikarenakan tradisi ini dibutuhkan kekompakan dari seluruh masyarakat untuk melaksanakannya.
Maka dari itu Ketika kita melihat ada banyak orang yang berkumpul di suatu tempat, tentunya kita dapat menafsirkan bahwa di sana ada sesuatu yang membuat mereka berkumpul. Di dalam perkumpulan orang-orang tersebut tentunya memiliki niat dan tujuan yang sama sehingga terjadilah perkumpulan itu. Nah berkaitan dengan perihal tersebut, disini saya akan menyikapi sebuah tradisi yang berada di kampung saya yaitu, tradisi salametan di pinggir pantai atau masyarakat di sana menyebutnya dengan “LOLOAN”.
Dalam melaksanakan Salametan/loloan ini para masyarakat tidak memberikan jabwal tertentu dalam setiap tahunnya, mereka akan melakukannya sesuai dengan kesepakatan para elemen masyarakat didalamnya. Menurut para tokoh masyarakat di desa saya, salametan/loloan ini dilakukan jika ada musibah alam atau ada penyakit yang melanda di desa tersebut, namun ada juga sebagian orang (sesepuh) bermimpi, yang di dalam mimpinya itu ada makhluk halus meminta agar supaya di adakan salametan/loloan, jika permintaan tersebut tidak dikabulkan maka akan ada musibah yang dapat menimpah desa itu. Sehingga dengan adanya peristiwa itulah para tokoh masyarakat dan tokoh agama menginformasikan kepada seluruh masyarakat desa setempat agar supaya bersama-sama melakukan salametan/loloan dengan membawa makanan sesuai dengan adat-istiadat yang sudah berlaku di tengah-tengah masyarakat tersebut.
Masyarakat di sana juga sangat antusias bersama para anak-anaknya pun di bawah jika salametan/loloan ini dilaksanakan, mereka rela mengeluarkan sedikit banyak harta bendanya untuk disumbangkan dalam pelaksanaan salametan/loloan tersebut. Masyarakat setempat menyakini dengan do’a-do’a yang dipanjatkan di dalam pelaksanan salametan/loloan tersebut yang sesuai dengan ajaran islam untuk meminta perlindungan allah swt, akan dapat menghilangkan segala musibah yang menimpa serta segala bahaya yang akan terjadi di dalam desa itu.
Tujuan Salametan (LOLOAN)
Tujuan di adakannya salametan di pinggir pantai (loloan) ini yaitu untuk mengusir penyakit yang sedang melanda desa ke laut lepas. Kenapa salametan (loloan) itu dilakukan di pinggir pantai, kenapa tidak di tempat lain? Hal itu dikarenakan selain mengusir penyakit, mereka juga mendo’akan tempat pemberangkatan para nelayan agar supaya diberikan keselamatan dan perlindungan dari segala macam bencana dan bahaya. Salametan di pinggir pantai (loloan) ini juga memiliki ciri khas tersendiri dan unik.
Setiap masyarakat yang berangkat untuk menghadiri salametan (loloan) tersebut, mereka harus membawa bekal sendiri, walaupun didalam salametan (loloan) ada yang sudah menyediakan dengan khusus, namun masyarakat percaya bahwa dengan membawa bekal sendiri dari rumah dan meninggalkan sedikit makanannya di pinggir pantai atau separuh dari sebagian bekalnya yang ditinggalkan di sana akan di makan oleh makhluk halus yang ada disana dan itu adalah sebagai sedekah mereka terhadap makhluk halus sehingga itulah yang akan membuat para makhluk halus tidak mengganggu masyarakat lagi.
Syarat-Syarat (LOLOAN)
Ketika kita akan melaksanakan sebuah tradisi atau hal lainnya, namun ketika syarat-syaratnya tidak terpenuhi atau tidak lengkap, maka di anggap tidak sah pelaksanaan itu. Sama halnya dengan pelaksanaan salametan (loloan), tentu memiliki syarat-syarat khusus yang harus terpenuhi didalamnya, antara lain:
1. Tali yang digantungi berbagai macam makanan ringan yang ditaruh di pinggir pantai setelah membaca do’a atau sebelum pembacaan do’a.
2. Melepaskan perahu kecil yang terbuat dari daun pisang yang di isi dengan nasi dan serabi (parao-paraoan) dan sebagainya.
Maka dari itu perlu kiranya dalam setiap pelaksanaan salametan di pinggir pantai/loloan itu harus memperhatikan syarat-syarat sahnya yang sudah di wariskan oleh para nenek moyang (sesepuh) yang ada di desa tersebut. Agar supaya dapat berjalan sesuai dengan harapan bersama. Apabila syarat-syarat itu tidak terpenuhi maka pelaksanaan salametan di pinggir pantai/loloan itu akan menjadi fatal. Sehingga akan mengakibatkan do’a-do’a yang di panjatkan tidak terkabulkan yaitu perlindungan dan keselamatan dari Allah SWT.
Saya pun berharap kepada seluruh masyarakat di desa angkatan agar supaya tradisi-tradisi seperti ini terus berjalan sampai kapanpun. Karena ini bagian dari pada merawat dan melanjutkan tradisi/adat-istiadat warisan nenek moyang terdahulu.
Semoga dengan artikel-artikel ringkas ini dapat memberikan pencerahan bagi masyarakat serta dapat memberikan kontribusi besar dam mencerdaskan kehidupan bangsa. Amin Allahumma amin.
BalasHapusDisertakan sumbernya/rujukan/referensi/. Biar lebih ilmiah sahabat. Hehe
BalasHapus