Diskursus Pemikiran Terbentuknya FORMAP
Awal Mula Diskursus Pemikiran Terbentuknya FORMAP
Kesadaran untuk mempersatukan kaum muda semakin hari semakin menggebu-gebu seiring dengan adanya problematika yang dihadapi oleh kaum muda. Perdebatan dari ruang yang satu dengan ruang yang lainnya menjadi wahana dialektika berfikir yang sangat menarik untuk ditindak lanjuti agar supaya menghasilkan ruang dialektika yang objektif, tak jarang diantara kaum muda sering kali terjadi kesalah pahaman atau salah persepsi dalam menangkap pemikiran dan gagasan yang diutarakan oleh salah satu temannya. Namun karena perbedaan pendapat dan perbedaan pandangan inilah yang mewarnai pemikiran dari yang satu dengan yang lainnya dan disisi lain juga menjadi pupuk pendewasaan dalam berfikir.
Perbedaan pendapat terjadi bukan hanya didalam ruang-ruang gedung tertentu atau tempat tertentu namun sering kali terjadi didalam dunia media sosial. Tempat dan lokasi yang berbeda beda menjadi jarak pemisah antara yang satu dengan yang lainnya. Namun komunikasi dan tukar pendapat tidak pernah putus dalam bertukar pikiran dan bahkan menjadi sebuah rutinitas di media sosial dalam satu group. Tak puas perdebatan melalui media sosial, satu persatu pemuda yang kuliah didaratan itu mulai menginjakkan kaki pulang ke rumah kampung halamannya di dusun laok songai desa angkatan kecamatan arjasa kabupaten semenep. Walaupun tempat mengenyam pendidikan mereka tidak satu wilayah, namun komunikasi tidak pernah putus. Kampus tempat mereka kuliah berbeda antara yang satu dengan lainnya, sehingga menjadi alasan utama jarak antara satu dengan lainnya sangatlah jauh. Sehingga liburan semesta pun berbeda beda, tapi dengan semangat persatuan dan semangat perubahan membuat rasa solidaritas jiwanya mendorong untuk ingin bertemu secara tatap muka di kampung halamannya untuk membicarakan lebih lanjut terkait organisasi yang akan ia dirikan bersama sebagai wadah pemersatu dan wadah perjuangan.
Pada awal mulanya ada yang berfikir ingin mendirikan organisasi ini dengan tujuan tidak terlalu bermuluk-muluk, yang penting ada untuk tempat berkumpul walaupun tanpa mekanisme dan tanpa aturan organisasi seperti organisasi formal pada umum nya. Ada juga yang berpendapat yang penting kita memiliki satu wadah untuk bersilaturrahmi, itu sudah lebih dari cukup. Tak berhenti disitu, disisi lain juga ada yang memberikan gagasan dengan argumentasi rasionalnya bahwa cukup buat nama organisasinya saja dan tentukan ketua saja, tidak usa berbentuk struktur kepengurusan seperti halnya organisasi formal pada umumnya. Klau masalah program kerja atau apa yang akan dilakukan itu urusan nanti, yang penting kita mau bersatu dalam satu wadah nonformal dan jika ada yang ingin dikerjakan maka itu urusan nanti kita bisa bicarakan di kemudian hari.
Hari berlalu, waktu berjalan tahun berganti dan semangat persatuan itu terus membara laksana api baru menyala. Ruang-ruang dialektika selalu diisi dengan memperbincangkan kira-kira kapan waktu yang tepat untuk berkumpul dan membahas lebih serius lagi terkait berdirinya organisasi ini. Dari sini pembahasannya sudah mulai mengkrucut terkait pertemuan yang akan di adakan untuk meresmikan nama organisasi ini. Isi kepala dari teman-teman telah mendekat pada satu frekuensi pemikiran dan satu visi misi serta tujuan yang sama. Maka tidak menunda waktu terlalu lama, tekad bulat dan niat yang kuat untuk mengabdikan diri ke dalam satu wadah sebagai jembatan pemersatu dan sebagai wadah pengabdian perjuangan perubahan telah menemukan satu tekat yang sama.
Semua perdebatan terkait diatas telah selesai, namun apakah perbedaan pendapat dan perdebatan-perdebatan itu sudah selesai, tentu saja tidak. Karena perdebatan di atas baru langkah awal untuk memulai perjalanan pergerakan perjuangan yang sesungguhnya. Pemikiran awalnya ialah bahwa pembentukan dan peresmian organisasi ini hanya akan melibatkan di kalangan mahasiswa saja. Tanpa campur tangan atau pemikiran dari tokoh masyarakat lainnya, karena ini merupakan langkah awal maka perlu pemikiran yang sepaham dan se frekuensi, agar supaya terhindar dari isu-isu miring. Karena baru peresmian maka membutuhkan satu pemikiran yang kuat dan bulat. Tidak terombang ambing oleh orang lain. Karena gerakan ini murni atas dasar kesadaran hati nurani untuk kebaikan dan perubahan bersama khususnya di dusun laok songai.
Waktu berjalan dalam kehidupan rutinitas masyarakat menjadi aktifitas kami sebagai mahasiswa untuk ikut nimbrung dalam setiap aktifitas masyarakat. Entah itu aktifitas kerja bakti, perkumpulan para tokoh masyarakat sampai pada runitan sholawat haddad. Karena ada satu runititas setiap malam senin dalam se minggu yang di adakan oleh masyarakat. Maka dengan jiwa sosial yang di miliki dan dengan rasa empati dan simpati serta rasa kesadaran yang ada membuat hati nurani teman-teman mahasiswa terdorong untuk selalu ikut serta dalam runitas tersebut. Karena sering ikut dalam perkumpulan itu, sholawatan haddad yang di adakan itu yang kemaren-kemarennya hanya pembacaan sholawat saja, namun karena di dalam perkumpulan itu banyak mahasiswa yang ikut di dalamnya. Maka di bukalah sisi diskusi tukar pendapat di dalamnya. Pembahasannya universal yang penting berbicara terkait kemajuan dan perkembangan dusun laok songai desa angkatan.
Argumentasi demi argumentasi terus diutarakan oleh mereka yang memberanikan diri mengeluarkan pandangannya atau pemikirannya. Dari sekian pembicaraan atau pembahasan yang disampaikan, ada salah satu dari kalangan mahasiswa yang mengeluarkan pendapat tekait dengan pembentukan wadah organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan. Banyak pandangan yang di sampaikan, sampai-sampai sudah mengkrucut kesepatan pembentukan, untung saja kesepakatan itu tertunda perihal pada malam itu malam runittas sholawat haddad. Tidak etis rasanya klau pada malam itubjuga membicarakan pembentukan atau peresmian sebuah organisasi, maka jika ingin serius berbicara terkait organisasi, lebih baik nya kita adakan ruang yang berbeda dan kita adakan pertemuan yang khusus untuk membahas terkait keorganisasian dan sekaligus peresmian organisasi yang ingin kita dirikan bersama.
Semua yang hadir di dalam runitas sholawatan itu menyetujui secara seksama, bahwa akan diadakan pertemuan secara khusus untuk membahas terkait peresmian organisasi tersebut. Maka disepakati juga masalah hari dan waktu serta tempat untuk tempat peresmian tersebut. Tidak menunggu hari terlalu lama lagi, jarak ½ hari dari malam itu juga maka tercetuslah kesepakatan bersama bahwa waktu dan tempat untuk pertemuannya itu.
Penulis: Abd Wafi
Komentar
Posting Komentar